Serangan Israel Kembali Guncang Gaza, Belasan Warga Sipil Tewas saat Antre Bantuan
https://leadnepal.com/ GAZA – Setidaknya 78 orang dilaporkan tewas akibat serangan militer Israel di Jalur Gaza sejak Rabu (26/6/2025) dini hari, termasuk 14 warga sipil yang sedang mengantre bantuan kemanusiaan di sebuah pos perbatasan. Insiden tragis ini terjadi tak lama setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengklaim adanya “kemajuan besar” dalam perundingan gencatan senjata di Gaza. Para saksi mata menuturkan bahwa mereka diserang oleh tembakan pasukan Israel, di area yang dikelilingi oleh tank dan kendaraan lapis baja.
Pusat Distribusi Bantuan dan Kontroversinya
Pusat distribusi bantuan yang menjadi lokasi penyerangan tersebut dikelola oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF), sebuah organisasi kontroversial yang didukung oleh pemerintah Israel dan AS. Sejak mulai beroperasi pada akhir Mei lalu, GHF telah menuai kritik tajam dari berbagai badan bantuan dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Kritik tersebut menyoroti kegagalan GHF dalam memenuhi kebutuhan dasar rakyat Gaza dan justru memperparah risiko kekerasan di wilayah tersebut.
Seorang saksi mata menambahkan, masyarakat hanya diberi waktu singkat, sekitar 20 menit, untuk mengambil bantuan berupa paket makanan. Setelah itu, suara tembakan seringkali terdengar. “Itulah kenapa banyak korban tewas di lokasi bantuan,” ujarnya.
Serangan Berlanjut di Pemukiman
Selain di titik distribusi bantuan, serangan udara Israel juga dilaporkan menghantam rumah-rumah warga di Deir el-Balah dan kamp pengungsi Nuseirat. Situasi di Gaza semakin memburuk dengan blokade ketat oleh Israel yang menghambat pasokan medis. Akibatnya, rumah sakit-rumah sakit mengalami kelebihan kapasitas dan kekurangan tenaga medis untuk merawat korban luka. Hingga saat ini, konflik yang telah berlangsung selama 21 bulan ini telah merenggut nyawa lebih dari 56.000 orang dan melukai 131.848 lainnya.
Korban di Pihak Israel dan Reaksi Pemimpin
Di sisi lain, militer Israel melaporkan tujuh tentaranya tewas pada Selasa (25/6/2025) dalam pertempuran di Gaza. Enam dari korban tersebut telah diidentifikasi, semuanya berasal dari Batalion Rekayasa Tempur ke-605 dan berusia antara 19-21 tahun. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menggambarkan hari tersebut sebagai “hari yang sangat sulit bagi rakyat Israel.”
Harapan Gencatan Senjata dan Peran Mediasi
Meskipun perang masih berkobar, upaya diplomatik untuk mengakhiri konflik mulai menunjukkan titik terang. Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, menyatakan bahwa negosiasi tidak langsung antara Israel dan Hamas berpotensi dimulai dalam dua hari ke depan. Pejabat senior Hamas, Taher al-Nunu, juga membenarkan intensifikasi pembicaraan dengan mediator Mesir dan Qatar, meskipun ia menegaskan belum ada proposal baru yang diterima untuk mengakhiri perang.
Dari Den Haag, Trump menyampaikan kepada wartawan bahwa ada “kemajuan besar” menuju berakhirnya perang Gaza. Ia mengaitkan kemajuan tersebut dengan serangan AS baru-baru ini terhadap fasilitas nuklir Iran. “Saya pikir karena serangan itu, kita akan mendengar kabar baik tentang Gaza,” ujar Trump. Ia juga mengutip laporan dari utusan khusus AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, yang mengatakan bahwa “Gaza sangat dekat” dengan kesepakatan damai.
Popularitas Trump di Israel
Pengamat Timur Tengah dari Chatham House, Yossi Mekelberg, berpendapat bahwa sebagian warga Israel kini lebih mempercayai Trump dibanding Netanyahu. “Mereka berharap Trump bisa mempercepat pembebasan sandera di Gaza, sesuatu yang sulit dicapai Netanyahu,” ujarnya. Mekelberg menambahkan bahwa Trump memiliki agenda yang berbeda, yang kebetulan selaras dengan harapan sebagian besar warga Israel.
“Trump lebih populer di Israel daripada Netanyahu saat ini, terutama karena perannya dalam konflik dengan Iran,” kata Mekelberg.
Post Comment