Uncategorized
Cita Rasa Otentik yang Tak Terlupakan, Disukai, Masakan Nusantara Hadir di Restoran Bintang Tiga Michelin, Pentingnya Promosi Kuliner Secara Konsisten, Perjuangan Panjang Membawa Masakan Indonesia ke Panggung Dunia, Persembahan Kuliner Indonesia dalam Format Eksklusif, Tapi Bukan untuk Tiap Hari
adminmarket
0 Comments
Lupa Namanya, Ingat Rasanya: Orang Jerman Terpesona Kuliner Indonesia
Masakan Nusantara Hadir di Restoran Bintang Tiga Michelin
https://leadnepal.com/ BAIERSBRONN – “Bebek bumbu Bali, yuhuuuu!” teriak Stefanie Luedwig dengan semangat sambil mencoba menyebut menu favoritnya dari hidangan gala dinner spesial selama empat malam berturut-turut yang digelar di Restoran Schwarzwaldstube, awal Agustus lalu.
Di antara puluhan tamu yang hadir, hanya sedikit yang mampu mengucapkan nama-nama asli masakan Indonesia yang disajikan oleh tim koki di bawah arahan Chef Degan Septoadji. Beberapa menyebut rendang sebagai favorit, namun banyak juga yang sekadar mengingat rasa tanpa bisa mengingat nama hidangan tersebut.
Persembahan Kuliner Indonesia dalam Format Eksklusif
Hidangan-hidangan ini menjadi bagian dari pengalaman makan malam eksklusif di restoran berstandar Michelin 3-Star, di mana Chef Degan dan timnya diberi kesempatan bersejarah untuk memperkenalkan cita rasa Indonesia kepada tamu internasional kelas atas.
Dalam empat malam penyajian, setiap sesi dibatasi hanya untuk sekitar 30 tamu. Menu dimulai dari makanan pembuka mungil seperti bola-kola kroket, lumpia, dan sate sapi. Kemudian dilanjutkan dengan asinan bogor dengan kerang, tuna dabu-dabu, dan soto ayam Lamongan.
Cita Rasa Otentik yang Tak Terlupakan
Hidangan utama terdiri dari berbagai jenis nasi, termasuk nasi kuning, yang disajikan bersama rendang, ikan bakar, dan sayur lodeh. Tak ketinggalan kerupuk dan sambal turut memeriahkan sajian, seperti sambal rias khas Sumatra dan sambal terasi yang tingkat pedasnya sudah disesuaikan agar aman bagi lidah pemula.
“Saya masih berkeringat! Tapi rasa asam jawa dari hidangan kerang tadi luar biasa,” ujar Stefanie sambil tersenyum, merujuk pada asinan bogor dengan kerang Jacob. Ia pun bersiap menikmati rujak buah dengan bumbu kacang, serta hidangan penutup berupa klepon dan bubur ketan hitam dengan santan dan nangka.
Perjuangan Panjang Membawa Masakan Indonesia ke Panggung Dunia
Bagi Chef Degan, keberhasilan ini adalah buah dari perjalanan panjang lebih dari 20 tahun. “Butuh waktu dua dekade, jaringan, dan dedikasi agar dipercaya menyajikan kuliner Indonesia di restoran seperti ini,” tuturnya.
Ia memilih hidangan dari berbagai daerah di Indonesia, mulai dari Sumatra, Jawa, Sulawesi hingga Bali, agar para tamu dapat mencicipi kekayaan budaya dan rasa dari masing-masing pulau.
Disukai, Tapi Bukan untuk Tiap Hari
Walau mayoritas tamu memuji kenikmatan masakan Indonesia, tidak semua merasa cocok untuk dikonsumsi setiap hari. Evelyn, salah satu tamu asal Pfalz, mengaku lebih menyukai makanan berbahan tepung seperti pancake atau pangsit kukus. “Seminggu sekali makan masakan Indonesia masih oke,” katanya.
Hal senada juga diungkap oleh koki asal Jerman, Holger Czäczine, dan Andreas Fisher. Mereka sepakat masakan Indonesia nikmat, tapi lebih cocok jadi santapan spesial sesekali saja.
Namun berbeda dengan Stefanie, ia justru menyatakan bisa makan masakan Indonesia setiap hari – asal sedang berada di Indonesia. “Kalau lagi liburan di sana, tiga hari dari seminggu saya pasti makan masakan Indonesia,” katanya.
Pentingnya Promosi Kuliner Secara Konsisten
Mengapa kuliner Indonesia belum sepopuler sushi, ramyun, atau tom yum di mata dunia? Chef Degan menjawab, “Kita masih kurang mempromosikan masakan Indonesia secara serius. Tidak harus lewat restoran bintang Michelin, bisa dimulai dari buffet atau event kecil.”
Konsul Jenderal RI di Frankfurt pun menyetujui. “Ada tantangan pendanaan dan koordinasi. Tapi jika semua pihak berkomitmen bekerja sama, kita bisa melakukannya secara berkelanjutan—seperti yang dilakukan negara-negara lain,” ujarnya, seraya berharap promosi masakan Indonesia bisa makin gencar ke depannya.
Post Comment