Bagaimana TNI AU Menyalurkan Bantuan Kemanusiaan ke Gaza?
Satgas Garuda Merah Putih II Tiba Kembali di Tanah Air
https://leadnepal.com/ JAKARTA – Setelah menyelesaikan misi kemanusiaan untuk rakyat Palestina, Satgas Garuda Merah Putih II TNI Angkatan Udara (AU) resmi kembali ke Indonesia. Sebanyak 66 anggota, yang terdiri dari kru pesawat, relawan, perwakilan Baznas, serta mahasiswa dari Universitas Pertahanan (Unhan), tiba di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, pada Sabtu (13/9/2025) menggunakan tiga pesawat Hercules C-130J milik TNI AU.
Misi penyaluran bantuan ke wilayah Gaza ini berlangsung dari 13 Agustus hingga 9 September 2025, dengan pengiriman pertama dilakukan pada 17 Agustus, bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.
Apresiasi dari KASAU
Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KASAU) Marsekal Tonny Harjono menyampaikan penghargaan atas dedikasi seluruh personel Satgas yang telah sukses menjalankan misi kemanusiaan tersebut.
“Saya ucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada seluruh anggota Satgas atas pengabdian dan kerja kerasnya sehingga misi airdrop bantuan kemanusiaan di Gaza dapat berjalan dengan aman dan lancar,” ujar Tonny.
Ia menegaskan bahwa misi ini merupakan bentuk nyata kepedulian bangsa Indonesia terhadap penderitaan rakyat Palestina, serta dijalankan berdasarkan instruksi langsung Presiden RI, Prabowo Subianto.
Penyaluran Bantuan Melalui Udara: Metode Airdrop
Mengingat akses darat ke Gaza sangat terbatas, Satgas menggunakan metode airdrop untuk menyalurkan bantuan. Total bantuan yang berhasil dikirim mencapai 91,4 ton.
Menurut Komandan Satgas Garuda Merah Putih II, Kolonel Pnb Puguh Yulianto, airdrop dilakukan menggunakan parasut dari ketinggian, di mana paket-paket bantuan dijatuhkan langsung ke area yang dituju.
“Ada beberapa tipe airdrop—lite, medium, dan heavy. Kami pilih tipe lite demi keselamatan warga yang berada di bawah,” jelas Puguh.
Bobot setiap paket berkisar antara 150 hingga 165 kilogram, yang dinilai aman bila jatuh di area pemukiman. Beberapa negara lain sebelumnya mencoba menggunakan paket heavy seberat 500–1000 kilogram, namun metode ini dianggap terlalu berisiko bagi penerima bantuan.
Distribusi Bantuan Diklaim Tepat Sasaran
Puguh memastikan bahwa bantuan yang dikirim sampai ke tangan masyarakat Gaza, dengan bukti dokumentasi dari warga yang menerima paket.
“Kami memiliki bukti visual, berupa video dari warga dan mitra lokal yang menunjukkan paket bantuan tiba dengan selamat,” ujarnya.
Selain itu, warga Gaza yang telah beberapa kali berkomunikasi dengan tim Satgas juga menyampaikan rasa terima kasih mereka kepada Indonesia.
Tantangan di Wilayah Konflik
Misi ini bukan tanpa hambatan. Kolonel Puguh menjelaskan bahwa tim Satgas harus menghadapi tantangan berat karena harus terbang di zona konflik aktif. Hal ini memaksa tim untuk melakukan berbagai langkah pengamanan tambahan.
“Kami berada dalam wilayah pertempuran. Oleh karena itu, kami juga mengikuti protokol keamanan ketat, seperti yang dilakukan rekan-rekan dari negara lain,” kata Puguh.
Misi airdrop ini merupakan inisiatif dari Angkatan Udara Yordania, dan Indonesia bergabung bersama 12 negara lainnya dalam upaya internasional ini.
Namun demikian, pelaksanaan misi tidak selalu berjalan mulus. Perizinan penerbangan harus melalui otoritas Yordania, yang menjadi kendala tersendiri dalam menentukan jadwal penerbangan.
“Kami tak bisa langsung terbang. Setiap penerbangan harus menunggu izin resmi dari pihak Yordania, yang memegang kendali penuh atas wilayah udara tersebut,” tuturnya.
Komitmen Indonesia untuk Palestina
Melalui misi kemanusiaan ini, Indonesia menegaskan komitmennya terhadap nilai-nilai solidaritas dan kemanusiaan global. Aksi nyata dari TNI AU ini tidak hanya menjadi simbol bantuan logistik, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia sebagai negara yang aktif memperjuangkan hak-hak rakyat Palestina di tengah konflik yang berkepanjangan.
Post Comment